The Bomb Named Anger

Sebelum memulai menelusuri tulisan ini, ada baiknya kita membuka pandangan kita tentang apa yang sebenarnya terjadi pada realita kehidupan kita. Pertama-tama, kita lihat dulu sebuah film yang dibintangi Jim Carey dan Renne Zelweger yang berjudul Me, Myself and Irene yang menceritakan tentang seseorang yang berprikebadian ganda. Kepribadian yang satunya kalem dan baik sedangkan yang kepribadian yang satunya lagi cenderung kasar dan agresif. Dua kepribadian yang saling bertolak belakang. Kepribadian jahat itu akan keluar ketika kepribadian asli (kalem) merasa tertekan.

Ada cerita lain lagi tentang seseorang di Thailand yang ditembak mati hanya karena terlalu senang saat tim favoritnya mencetak gol. Dia dihabisi karena di anggap menggangu si pembunuh. Hal yang sangat ironis. Mungkin tidak sampai membunuh, kita pun sering marah dan emosi karena merasa tertekan. Seperti saat kita sedang mengantri di suatu restoran dan kita menjadi emosi karena menunggu lama. Masih banyak hal lain yang membuat kita keluar sikap kita yang berbeda dari kita biasanya. Sikap ini muncul karena adanya suatu sebab yang disebut dengan emosi.

Emosi merupakan suatu luapan perasaan yang keluar seperti bom. Emosi ini bisa berupa emosi senang, sedih, dan emosi kemarahan. Nah emosi senang biasanya timbul karena ada hal yang membuat kita bahagia emosi sedih pun sama. Yang akan kita bahas lebih lanjut adalah emosi yang paling berbahaya yaitu emosi kemarahan. Emosi ini bisa kita analogikan seperti granat. Granat akan meledak jika ditarik pelatuknya atau triggernya. Nah sama seperti granat, emosi kita akan keluar jika ada faktor pemicunya. Misalnya saja ketika orang mengantri di restoran tadi. Tidak setiap orang akan emosi. Hanya orang-orang yang merasa sudah tidak sabar saja akan meluap emosinya. Secara umum faktor pemicu emosi adalah tekanan. Tekanan pun bisa kita bagi dua, tekanan dalam diri kita dan yang timbul dari keadaan dan situasi sekitar kita. Seperti kita akan merasa emosi waktu kita sedang bekerja dikejar-kejar deadline waktu.

Tekanan ini sendiri memang sudah ada dari sananya. Maksudnya tekanan ini memang diluar kendali manusia. Yah seperti yang kita tahu, kita tidak mungkin berharap bahwa segala sesuatu berjalan seperti yang kita mau karena semuanya itu diatur oleh Tuhan. Karena ini kita hanya bisa merespon suatu impulse rangsangan yang timbul. Manusia yang kurang sabar atau tidak tahan akan tekanan tentu saja akan meluap emosinya.

TEKANAN (dari luar / dalam) EMOSI KEMARAHAN TIDAK TERKENDALI TINDAKAN DESTRUKTIF

Emosi kemarahan yang tidak terkendali lagi akan menimbulkan suatu tindakan destruktif. Seperti kita pernah melihat tindakan membanting kursi stadion saat pendukung suatu keseblasan sepak bola merasa kecewa saat timnya kalah. Hal ini tergolong tindakan emosi yang menimbulkan tindakan destruktif. Akan tetapi tindakan destruktif pun beda-beda. Tergantung dari bagaimana orangnya lagi. Ada yang tindakan destruktifnya adalah cenderung balas dendam dengan tindakan menyerang perasaan seperti mengeluarkan kata-kata kasar yang menyakiti perasaan ada juga yang tindakan destruktifnya cenderung menyakiti perasaan lingkungan sekitar. Hal ini bisa kita dapati ketika seorang istri marah terhadap suami dan biasanya yang jadi korban adalah anak mereka atau pun pembantu yang tak tahu menahu persoalannya. Tindakan destruktif berbeda dilihat dari bagaimana nilai dalam diri orang tersebut dan bagaimana pengaruh tempramen berperan dalam hal ini. Contohnya seorang bertempramen plegmatis akan berbeda dengan yang koleris dan melankolis dalam menanggapi emosinya. Karena itu tindakan destruktif masing-masing orang akan berbeda dilihat dari tempramennya. Contoh orang melankolis cenderung dendam dan akan membalas dengan menyakiti perasaan orang lain beda halnya dengan kholeris yang cenderung kasar dan tindakan destruktifnya cenderung secara fisik seperti membanting kursi tadi. Nilai dalam diri juga berpengaruh. Maksudnya nilai dalam diri ini adalah bagimana sikap dasar kita dan prinsip bagaimana yang kita anut. Seperti orang yang menghindari keributan karena tidak ingin diperhatikan oleh umum.

Tadi kita melihat bagaimana tekanan yang timbul dari lingkungan luar. Lalu bagaimana dengan tekanan yang berasal dari dalam?? Tekanan dari dalam ini biasanya timbul karena prasangka atau sikap pikiran negatif yang belum tentu pasti benar. Kita akan merasa tertekan waktu kita berpikir bahwa kita akan diputusi oleh pacar kita. nah karena pikiran negatif ini lah maka kita akan cenderung emosi jika tekanan pikiran tersebut tidak dapat kita tahan lagi. akibat yang ditimbulkan oleh tekanan dari dalam ini sama besarnya dengan tekanan dari luar. Sama-sama akan menimbulkan tindakan destruktif jika sudah tidak terkontrol lagi. Selain itu ada juga tekanan dalam diri yang timbul karena tekanan luar atau situasi. Seperti kita lihat ada seorang anak sekolah dasar yang mencoba bunuh diri karena tidak mampu membayar uang sekolahnya. Anak ini merasa malu akan hal tersebut sehinnga pikiran negatif berkembang pesat dipikirannya sehingga menimbulkan tindakan destruktif pada dirinyanya sendiri. Hal ini sebenarnya tidaklah sepatutnya terjadi.

Emosi kemarahan sangat berbahaya karena jika tidak terkendali akan menimbulkan respon yang tidak bisa kita bayangkan sebelumnya. Banyak sekali terjadi kasus pembunuhan hanya karena hal sepele. Seperti yang tadi kita sudah lihat ada seorang yang ditembak mati saat menonton piala dunia, ada juga seorang tukang parkir membunuh rekan sekerjanya hanya karena beberapa ribu perak saja. Dan masih banyak lagi kasus yang akan kita temukan terjadi setiap harinya.

Penulis menemukan beberapa cara untuk mengatasi tekanan dari luar maupun dalam ini yang mampun menimbulkan tindakan destruktif yang tidak kita inginkan bersama. Penulis menemukan empat tindakan yang dapat dilakukan untuk meredam emosi dan pikirran negatif yang ada.

1. Selalu berpikir POSITIF à Jangan membiarkan prasangka-prasangka yang belum tentu benar menghantui kita. Selalu pikirkan hal positif. Seperti ketika anak yang bunuh diri tadi, seharusnya dia tidak membiarkan pikiran negatif menguasainya. Seharusnya pula dia berpikir positif seperti mencari cara lain dalam memperoleh uang untuk uang sekolahnya misalnya dengan membantu usaha orang tua dalam bekerja dan meminta bantuan orang lain yang lebih mampu.

2. Mengembangkan sikap saling menghargai dengan orang lain à Tidak hanya dengan keluarga saja kita saling menghargai tetapi juga dengan semua orang di lingkungan kita. Maksudnya menghargai adalah bersikap tidak saling menjatuhkan dan membuat orang lain tampak rendah. Selain itu menghargai juga bisa dilihat dari sikap mau mendengar pendapat orang lain dan kritikan – kritikan orang.

3. Mencoba untuk mengerti dan memahami keadaan yang terjadi à Telaah benar-benar keadaan yang terjadi. Kita lihat apa yang menjadi penyebabnya dan mencoba mengerti bahwa segala sesuatunya berjalan tidak harus sesuai kehendak kita. Sehingga kita harus berpikir “Pantaskah kita emosi??” sebelum emosi itu meledak.

4. jika semua cara sudah kita coba tetapi tekanan itu belum berkurang, cara terakhir adalah Komunikasikan apa yang menjadi pengganggu itu kepada orang yang bersangkutan à Cobalah dibicarakan baik-baik dengan penyebab emosi kita atau jika tidak mungkin carilah orang lain yang kita percayai untuk kita curahkan isi hati kita. Mungkin saja pandangan orang lain itu bisa membantu kita.

Sebelum bom dalam diri itu meledak, cegahlah karena akan sangat merugikan jika meladak. Tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga orang lain. Selalulah berusaha meredam emosi dan bersandarlah pada Tuhan agar kita bisa semakin tenang dalam bertindak dan menanggapi impulse yang ada. Terakhir, cintailah mereka yang menyakiti hati kita karena saya percaya bahwa Tuhan maha adil dalam bertindak. Jangan tunggu bom itu meledak, mulailah dari sekarang untuk mengatasinya.

NB : didedikasikan untuk mereka yang pernah saya sakiti… Maafkan saya… terutama Dia yang saya cinta…. Maafkan aku… ^_^