Ini hari ke-7 terpaksa harus kerja di rumah (Work From Home) karena penyebaran virus Corona yang udah kemana-mana. Ini krisis global sih, dan banyak banget yang sampai panik karena ga pernah menyangka hal ini kejadian. Selama ini, orang-orang pikir kejadian di film-film zombie apocalypse, atau film The Flu nya Korea cuman kejadian di film aja.
Dunia mungkin engga siap nerima keadaan ini, ada yang negaranya terpaksa lock down dan engga bisa ngapa-ngapain, ada yang toko dan usahanya harus tutup karena tidak ada pembeli, ada yang harus kehilangan pekerjaan, semua orang mengalami masa sulit. Ya, semua orang, tidak perduli kaya miskin, gateng jelek, pendek tinggi, gendut kurus, semuanya dipersatukan oleh senyum pahit yang sama.
Kebetulan beberapa hari yang lalu sempet baca artikel di Techinasia tentang Q&A dengan ex-VP Alibaba, Peter Erisman, tentang bagaimana Alibaba dulu survive di tengah krisis SARS. Memang SARS engga sehebat Corona Covid-19 ini sih impact nya, tetapi tetep aja apa yang mereka lakukan di tengah krisis pantes buat ditiru.
“The Chinese use two brush strokes to write the word ‘crisis’. One brush stroke stands for danger; the other for opportunity. In a crisis, be aware of the danger–but recognize the opportunity”
John F Kennedy.
SARS menyerang China 2003-2004, pada saat yang sama Alibaba waktu itu baru saja mengumumkan mereka mencapai ROI dan sedang berjuang memperbesar skala bisnisnya.
Menurut Peter Erisman, ex-VP Alibaba, saat itu ada karyawan Alibaba yang terdeteksi kena SARS, dan akhirnya harus membuat semua ambisi dan plan Alibaba saat itu harus berubah.
Menurut Peter, SARS bisa saja menghancurkan Alibaba saat itu, tetapi kenyataannya malah membawa tim alibaba menjadi lebih akrab dan dekat, hal ini karena reaksi Jack Ma saat itu. Disaat semua orang panik, Jack tetap tenang dan mengerahkan semua karyawannya untuk tetap bersama-sama membuat perusahaan tetap berjalan normal.
Jack mengatakan hal ini bukan hanya demi kelangsungan hidup perusahaan tetapi juga untuk perusahaan kecil lainnya yang menggantungkan hidup mereka kepada Alibaba.
Akhirnya mereka harus bekerja dari rumah di tengah karantina kota HangZhou. Mereka saling menyemangati, ada yang membuat kompetisi karaoke online, dsb. Disaat SARS akhirnya berlalu, para karyawan Alibaba berhasil kembali sebagai team yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan saat sebelum krisis.
Apa yang orang tidak tahu saat itu adalah, Alibaba berhasil melihat adanya kesempatan dibalik krisis yang terjadi. Disaat semua orang harus dikarantina di rumah masing-masing, para pedagang yang pada saat itu masih sangat tradisional (jual beli dengan tatap muka) diperkenalkan cara baru yaitu berdagang secara online (ecommerce). Dan sejak saat itu, tahun 2003, ecommerce di China menjadi booming dan langsung mainstream.
Tidak hanya itu, tahun yang sama, Alibaba mengambil kesempatan untuk meluncurkan produk mereka yang baru, Taobao. Para founder Taobao (13 orang) merancang bisnis Taobao pada saat karantina terjadi, mereka melakukannya di apartment yang sama saat Jack Ma meluncurkan Alibaba. Tidak ada yang pernah tahu, ternyata bisnis Taobao yang saat ini bernilai US$400+ billion itu didirikan saat China sedang mengalami krisis.
Dan wabah Corona Covid-19 yang sedang terjadi saat ini juga memiliki “opportunity”-nya sendiri. Saat nya kita untuk berhenti sejenak , menikmati hidup dengan lebih lambat dan melakukan apa yang tidak sempat kita lakukan sebelumnya. Ini kesempatannya, lakukan apa yang harus kita lakukan untuk merubah bencana menjadi cerita, untuk merubah krisis menjadi kisah yang manis.
Percayalah mau sebarapa hebatpun krisisnya, akan selalu ada kesempatan dibalik semua yang terjadi. Entah apa pun itu krisisnya baik penyakit, Drama cinta, Kerjaan, atau pun quarter-life crisis sekali pun..
Semangat! 🙂
Tulisannya sangat menginspirasi dan memberikan pencerahan bahwa akan selalu ada kesempatan di setiap peristiwa dan akan selalu ada pelangi setelah badai 🙂